Sabtu, 05 Juni 2021

Membahas Secuil mengenai "Setan Banteng" karya Seno Gumira A.

 

Seno Gumira Ajidarma. Nama ini dikenal sebagai seorang penulisa dari beberapa cerita pendek yang telah banyak dikenal Sebagian masyarakat. Ada beberapa karya nya yaitu Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang menyanyi di Kamar Mandi juga Negeri Senja.

Namun Kali ini, kita akan membahas satu karya dari berbagai karya seorang Seno Gumira Adjidarma dengan judul “Setan Banteng”. Melalui judul saja, kita dapat merasakan bahwa judul ini membuat pembaca sekalian merasa penasaran, karena kata Setan dan Banteng ini merupakan kata yang berbeda, sehingga menjadikan pembaca berpikir, apakah ada kaitan diantara dua objek tersebut.

Cerpen tersebut di dalamnya diceritakan mengenai segerombolan anak yang sedang melakukan sebuah permainan pemanggilan makhluk tak kasat mata atau biasa disebut dengan makhluk ghoib yang memiliki watak seperti banteng. Pada permainan itu, mereka mendiskusikan sesuatu yaitu mengenai siapa yang akan menjadi mediator. Ada satu anak yang takut sehingga ia memilih mundur tidak berani melangkahkan kakinya. Pada akhirnya ada seorang anak yang memberanikan diri untuk menjadi mediator. Pemimpin gerombolan itu menyuruh si anak maju dengan menyiapkan beberapa keperluan untuk permainan tersebut. Ritual-ritual dilakukan dan kemudian setan banteng berhasil dipanggil dengan merasuki tubuh anak tadi.

Matanya memerah dengan postur tubuh yang bungkuk lalu salah satu kakinya menyepak ke belakang. Setelah mengetahui temannya berhasil dirasuki setan banteng, semua anak yang berada disana berlali menghindari serangan banteng yang sedang marah. Permainan itu tidak membuat anak-anak lain takut, justru mereka merasa terhibur tanpa meikirkan kondisi anak yang dirasuki. Setelah puas dengan hal tersebut, anak anak tadi yakin bahwa permainan itu nyata adanya.

Tak lama gurunya dating dan mengetahui permainan yang tidak baik itu, kemudian guru memukul punggung anak yang kerasukan tadi. Sang anak yang menjadi mediator ini tidak mengetahui apa yang terjadi selama ia dirasuki.

Setelah membaca cerpen ini, saya dapat memahami bahwa sosok setan banteng adalah sebagai gambaran emosi yang meluap luap. Seseorang, Ketika ia merasa emosi maka dia tidak akan dapat mengontrol dirinya seperti halnya banteng yang sedang mengamuk. Nasihat atau ucapan dari orang lain tidak akan masuk kedalam telinganya saat sedang emosi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dialetika Dalam Lima Cerpen Karya Shoim Anwar Sebagai Kritik Pemerintah di Masa Kini

       Mungkin akhir-akhir ini kita sering melihat berita-berita yang menyiarkan kabar mengenai kritik tajam terhadap pemerintah. Salah satu...