"Sulastri dan Empat Lelaki" Karya M. Shoim Anwar
Berbagai macam cara penulis untuk
menuangkan seluruh ide kreatifnya mulai dari karya ilmiah hingga karya sastra.
Seperti hal nya M. Shoim Anwar yang telah memiliki banyak sekali karya yang
luar biasa mulai dari puisi, cerpen dan novel. Karya sastra adalah sebuah karya
dengan ide atau gagasan yang terkadang mengacu pada kehidupan yang kemudian
dikemas dengan kreatif sehingga menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra
cenderung lebih bebas dari karya ilmiah.
Cerita Pendek atau biasa disebut
dengan cerpen adalah sebuah tulisan karya sastra yang memiliki ide dengan
melihat suasana, keadaan yang ada di dunia nyata yang kemudian di kreasikan dan
disampaikan menggunakan bahasa yang bebas, kreatif dan menarik tanpa
menghilangkan nilai-nilai yang akan disampaikan. Cerita pendek dibuat sesingkat
mungkin tidak bebelit agar pembaca tertarik dalam membaca karya tersebut. Bentuk
cerita yang disuguhkan pendek namun padat sehingga mempermudah pembaca dalam
memahami makna atau nilai-nilai dalam cerrita pendek.
Kali ini, cerita pendek dengan judul
Sulastri dan Empat Lelaki karya M. Shoim Anwar akan menjadi contoh sebagai
cerita yang memiliki daya Tarik dan mengandung nilai-nilai yang ada di kehidupan.
Cerita Pendek ini mengisahkan nasib seorang wanita bernama Sulastri yang tengah
bekerja di negeri orang. Cerita bermula dari Sulastri yang merupakan seorang
istri dari lelaki bernama Markam. Mereka hidup Bersama dengan anak-anaknya di
daerah Tegal-. Bengawan Solo. Kehidupan mereka awalnya berjalan dengan normal
dimana Markam adalah seorang pekerja di Museum Trinil dan Sulastri pengelola
kebun tembakau yang hasil tanamnya dapat diserahkan pada pabrik rokok, namun
semakin lama Sulastri merasa bahwa ia telah dipermaikan oleh perusahaan rokok
tersebut. Keadaan perekonomian keluarga Sulastri semakin tidak terkendali.
Suaminya Markam semakin tidak jelas denga napa yang dikerjakannya. Markam mulai
bertapa dengan meninggalkan pekerjaannya. Ia bertapa dengan tujuan mendapatkan keris
atau tombak yang dapat menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan.
Sulastri
kian gelisah Ketika melihat pertapaan sang suami tidak juga dapat menjadikan
perekonomian keluarga kecilnya membaik dan justru semakin parah. Menghidupi empat
orang sangat berat bagi Sulastri saat ini karena perekonomian mereka yang
semakin hari semakin miris. Awal Markam bertapa, Sulastri masih dapat berharap akan
ada hal baik yang datang namun tetap saja tidak terjadi apapun. Kemurkaan
Sulastri setiap hari semakin meluap. Pertapaan
Markam menjadi penghilang kesabaran Sulastri. Sulastri menumpahkan segala
amarahnya pada Markam pada saat sang suami baru saja pulang bertapa. Sulastri
melemparkan buku yang membuat Markam yakin dengan bertapa akan membawa hal baik
pada keluarga. Namun nyatanya tidak, keluarganya kian miskin dan membuat
Sulastri murka. “Kau bukan Siddhartha, sang pertapa Gotama dari Kerajaan Sakya
yang pergi bertapa dengan meninggalkan kemewahan pada keluarganya. Istri dan
anaknya ditinggal dengan harta benda yang berlimpah. Tapi kau malah
meninggalkan kemelaratan untuk aku dan anak-anak!”
Kenangan
itu menjadi hal yang membuyarkan lamunannya. Sulastri kini berdiri menatap laut
merah. Tak lama kemudian Sulastri melihat sosok yang ia takuti muncul sosok tersebut
adalah Firaun.Sulastri berlari meminta bantuan kepada polisi namun, polisi
tidak ingin menolong sebab di awal, Sulastri telah berperilaku buruk pada sang
polisi yakni mengabaikan pertolongannya. Sulastri kemballi berlari mencari
pertolongan dengan sekuat tenaganya. Hingga akhirnya ia melihat sosok besar yang
ia Yakini adalah Musa. Ia berusaha memintapertolongan terhadap Musa agar bebas
dari kejaran Firaun.
Musa
yang melihat kejadian tersebut tidak langsung menolong Sulastri, ia membeberkan
bahwa Sulastri datang ke negeri ini dengan cara yang salah, Sulastri juga telah
berbuat salah dengan ikut suaminya menyembah berhala. Hal-hal yang Sulastri
lakukan di masa lampau membuat Musa sulit untuk membantu Sulastri. Setelah menjabarkan
kesalahan-kesalahan Sulastri, Musa Kembali menghilang dari hadapan Sulastri. Dikejarlahh
Kembali Sulastri oleh Firaun. Sulastri masih berusaha berlari sekuat tenaga.
Saat
sedang berlari menghindari kejaran Firaun lagi-lagi sosok Musa datang berupa
tongkat. Tongkat tersebut digenggamnya dan dipukulkan kearah Firaun dan kemudian
Firaun pecah berkeping keping. Tak lama Sulastri tersadar bahwa dirinya sedang
berada di tepi Laut Merah seorang diri dengan hamparan pasir pantai yang
memanas karena matahari.
Berdasarkan
cerita pendek ini memiliki beberapa aspek yang dibahas oleh penulis dengan
ringkas. Aspek paling kentara adalah aspek Religi hal ini tergambarkan pada
cerita Markam yang bertapa demi mendapatkan kesejahteraan, bukan beribadah
dengan baik kepada Tuhan dan bekerja lebih giat tetapi malah bertapa yang tidak
lain sama seperti menyambah berhala atau menyekutukan Tuhan. Markam disini diceritakan
seseorang yang bertapa demi mendapatkan keris dan tombak yang diyakini dapat
membawa keberuntungan. Namun hal tersebut tidk dapat dibenarkan dari segi agama.
Sulastri
dianggap ikut andil dalam pertapaannya dikarenakan Ketika Markam mulai bertapa,
Sulastri juga mengharapkan hal serupa dari pertapaan suaminya itu. Hal ini
dapat dikatakan bahwa Sulastri sempat mendukung perilaku tidak baik Markam
yaitu menyekutukan Tuhan. Namun sulastri berdalih bahwa perbuatannya adalah
sikap seorang istri yang taat pada suaminya. Padahal dalam agama, jika ada
sesuatu yang dirasa tidak baik sebaiknya diingatkan atau tidak mengikuti
perilakunya. Sulastri disini seperti mendukung suaminya berjalan kearah
kesesatan, tidak lagi percaya Tuhan dan mulai berpaling dariNya.
Sebenarnya
dalam cerita ini penulis telah memberikan sebuah gambaran pertolongan kepada
Sulastri yaitu pertolongan seorang polisi. Pertolongan Polisi ini dpat
diartikan sebagai pertolongan Tuhan kepada Sulastri, namun Sulastri justru
menganggap pertolongan yang datang sebagai ancaman pada dirinya sehingga ia
menolak pertolongan tersebut dn memilih bersembunyi. Pertolongan yang dianggap
sebagai hal buruk itu hilang dikala Sulastri benar-benar membutuhkan
pertolongan. Hal ini digambarkan pada saat sulastri dikejar oleh Firaun, polisi
yang tadinya ingin membantunya menjadi enggan dan menghindari Sulastri seperti
saat sulastri menghindari polisi.
Tuhan
adalah sosok yang akan melindungi HambaNya dimana pun dan kapanpun. Hal ini
ditunjukkan dalam cerita dimana Sulastri dipertemukan dengan Sosok Musa yang
menyadarkan Sulastri atas perbuatan-perbuatannya dimasa lalu. Mulai dari
menyembah berhala, kemalasan hingga jalan yang diambil pada saat pergi ke
negeri Arab. Melalui Musa Tuhan juga membebaskan Sulastri dari kejaran Firaun. “Saya
ditelantarkan suami, Ya Musa.” Ujar Sulastri. “Suamimu seorang penyembah
berhala. Mengapa kau bergantung padanya?” hal inilah yang menjadi penyebab
kemungkaran seorang sulastri. Saya seorang perempuan, Ya Musa.” Rengek Sulastri
pada Musa “Perempuan atau laki diwajibkan mengubah nasibnya sendiri.” Hal tersebut
menggambarkan bahwasanya manusia telah diberikan waktu, diberikan kesempatan
untuk mengubah nasibnya dengan cara yang baik dan benar tanpa berpaling dari
Tuhan. Hanya saja manusia sendiri yang malas dan suka mencari yang instan.
Cerita
ini juga memiliki aspek ekonomi yang mana disinggung dalam cerita keluarga Sulastri
yang dipermainkan oleh Pabrik rokok dan berujung pada perekonomian yang kian
menipis. Hal ini seperti pada kehidupan nyata dimana rakyat kecil yang
notabennya adalah seorang distributor dibodohi oleh orang-orang yang memiliki
kuasa atau tingkat lebih tinggi dari mereka. Rakyat-rakyat kecil dibohongi yaitu
membeli hasil panen mereka dengan harga yang rendah namun dijual Kembali dengan
harga yang menguntungkan satu pihak. Jika di hubungkan dengan perekonomian di
Indonesia petani-petani beras berusaha menghasilkan padi yang berkualitas namun
dihargai dengan harga yang tidak seimbang dari hasil jerih payahnya. Kemudian
orang-orang yang diatas merasaa berkuasa merampas hak milik rakyat dengan cara
korupsi dan sebagainya. Hal ini juga disinggung penulis dalam perkataan Musa
yakni “Para pemimpin negerimu serakah.” Sehingga rakyat-rakyat kecil yang
seharusnya mendapatkan dana subsidi justru semakin sengsara karena pemimpin
yang korupsi. “Mereka telah menjarah kekayaan negeri untuk diri sendiri,
keluarga, golongan, serta para cukongnya” ungkapan ini juga dapat dihubungkan
dimana orag-orang besar membabat hutan demi keinginan mereka tanpa mempedulikan
dampak yang akan terjadi. Namun hal ini juga bukan hanya kesalahan para
penyokong tetapi juga salah Sulastri yang tetap tidak mau berusaha lebihkeras
lagi dalam menghidupi keluarganya. Ia justru malah mengabdi pada suaminya yang
jeas tidak dapat menghasilkan apa-apa selain bertapa.
Dengan
jalan pikirnya yang instan, akhirnya sulastri pergi ke negeri Arab dengan jalur
Ilegal. Hal ini dengan dalih untuk menghidupi anak-anaknya. Namun tetap pada
saat ia samapi di negeri Arab pun kesengsaraan tetap menimpa Sulastri. Memang apapun
yang ditanam apkan menghasilkan apa yang telah ditanam.
Berbagai
jalan dan kesengsaraan dilalui oleh Sulastri ini menunjukkan bahwa manusia
diciptakan untuk berani bertanggung jawab atas segala hal yang dilakukannya,
mulai dari kebahagiaan yang ia dapat hingga kejayaan mereka sendiri.
Kebahagiaan dan kejayaan seseornag tidak bergantung pada orang lain. Karena
manusia berhak Bahagia tanpa menderita. Seorang wanita yang telah menikah
memang harus tunduk dan taat terhadap suaminya, dengan catatan selama suaminya
berbuat kebenaran makan patuhilah, namun jika suami sudah melenceng dari jalannya
maka ingatkanlah tapi kalua peringatan itu tidak juga menyadarkan sang suami
maka jangan mengikuti apa yang diikutinya. Hal ini dapat dilihat pada saat
Markam terus-terusam bertapa, Sulastri tetap taat dan ikut mengunggu hasil bertapa
suaminya. Seharusnya disini Sulastri lebih giat mencari nafkah tanpa bergantung
pada sang suami dan terus mengingatkan suaminya sebab hal yang dilakukan
suaminya adalah hal yang tidak baik.
Cerita
pendek ini juga menunjukan bahwasannya manusia memiliki pemikiran untuk
melakukan sebuah Tindakan. Seperti hal nya pada saat Sulastri ingin melompat ke
Laut Merah, ada sosok polisi yang diangap ancaman oleh sulastri itu sebenarnya
adalah sebuah pertolongan untuk Sulastri yang telah ditolak olehnya. Sulastri
berpikiran tidak aka nada orang yang mau menolongnya pada waktu itu. Padahal,
didepan matanya ada orang yang siap membantunya dengan ikhlas.
Beberapa
pemaparan penulis tentang kehidupan Sulastri, digambarkan bahwa Sulastri berpikir
bahwa ia selalu bertemu dengan lelaki yang tidak menghargai dirinya. Seperti
hal nya suaminya yang tidak bertanggung jawab atas keluarganya. Suaminya
membiarkan SUlastri dan anak-anaknya sengsara yang kemudian Sulastri memustuskan
pergi ke negeri Arab untuk mendapatkan uang setelah melihat keadaan suaminya
yang semakin hari kian mengabdi pada pertapaannya. Cara yang digunakan Sulastri
saat pergi ke Negeri Arab dengan cara yang tidak baik atau haram. Hal ini
dikatakan oleh Musa saat musa hendak menolongnya. Pada akhirnya Sulastri
menyesal atas perbuatannya dan ingin Kembali ke Tanah Air. Sulastri tidak lagi
percaya pada siapapun baik poilis, teman atau perantara untuk ke kedutaan. Sulastri
tidak mempercayai hal-hal itu karena dia melihat teman-temannya diperlakukan
sebagai barang dagangan oleh orang-orang perantara dimana teman temannya harus
membayar mahal demi deportasi.
Firaun
dalam cerita ini digambarkan sebagai akibat dari perbuatan Sulastri selama ini
yang menghantuinya dan mengejarnya kemanapun Sulastri pergi. Firaun ini juga
sebagai rasa bersalah Sulastri karena tidak berusaha semaksimal mungkin untuk
keluarganya. Elain itu, Firaun disini juga digambarkan sebagai jalan terakhir bagi
Sulastri dimana pada saat Sulastri ingin loncat ke Laut Merah, sama halnya
seperti Sulastri memilih untuk menyerahkan dirinya pada hal buruk sehingga Firaun
disini menganggap bahwa Sulastri bersedia menjadi budak karena Sulastri berniat
menjatuhkan dirinya ke Laut Merah. Sedangkan Musa adalah gambaran dari
pertolongan Tuhan yang siap membantu kapan un dan dimanapun hambanya berada dan
dalam keadaan apapun. Hal ini membuktikan bahwa Tidak ada Tuhan yang rela
melihat hambanya kesusahan dn hidup dalam kesengsaraan sehingga Tuhan akan
selalu menolong hambanya yang meminta pertolongannya.
Melalui
keseluruhan cerita Sulastri dan Empat lelaki karya M Shoim Anwar ini dapat
diambil banyak sekali nilai-nilai positif bagi pembaca. Salah satunya adalah peringatan
bagi kita sebagai manusia yang harus tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan
hidup di jalan yang benar. Penulis juga menunjukkan pada pembaca bahwa karma
itu ada. Karma ditunjukkan dalam bentuk apapun sehingga dapat menyadarkan
manusia untuk terus berbuat baik dan tidak meninggalkan Tuhan.
Cerita
pendek atau sebuah karya sastra pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan,
pada cerita Sulastri dan Empat Lelaki ini memiliki kelebihan dalam segi gaya
bahasanya dimana kita seperti diajak menonton cuplikan hidup seseorang dengan
memberikan sentuhan-sentuhan bahasa yang indah dan kreatif sehingga pembaca
dengan nyaman membaca karya sastra ini. Selain itu, penulis menambahkan
berbagai warna cerita di dalamnya sehingga seakan akan pembaca berada dalam
cerita tersebut. Kelebih lainnya adalah dalam cerita ini, M. Shoim Anwar
menyuguhkan banyak pesan moral yang dapat diambil dan dijadikan pelajaran bagi
pembaca salah satunya adalah larangan menyekutukan Tuhan.
Kekurangan
yang ada pada cerita pendek ini adalah ada beberapa penggunaan kata yang salah
dalam penulisannya sehingga sedikit mengganggu pada saat pembaca menikmati
cerita pendek Sulastri dan Empat Lelaki. Selain itu ada hal yang tidak dijelaskan
secara detail yakni cara Sulastri pergi ke negeri Arab, mengapa dianggap
menggunakan cara yang salah, sehingga membuat pertanyaan lagi bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar