Sabtu, 17 April 2021

Berselancar dalam Cerpen "Di Jalan Jabar Al Kaabah karya M. Shoim Anwar"

 

Kali ini kita disuguhi cerpen dengan judul Di Jalan Jabar Al Kaabah karya M. Shoim Anwar. Cerpen ini memiliki penggambaran tempat dengan nyata yakni suasana tanah suci dimana Ketika kita membaca cerpen tersebut, kita seakan berada di Arab Saudi. Melalui cerpen tersebut, penulis ingin menyampaikan bahwa, di tanah suci pun tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Jika di Indonesia Ketika kita mengunjungi tempat ibadah, makan sunan dan lain-lain pasti akan ada orang-orang yang meminta minta atau biasa disebut dengan pengemis. Terkadang Ketika kita maelihat pengemis, kita dengan sendirinya akan merasa iba. Entah itu karena pakaian yang mereka kenakan, atau fisik yang mereka  perlihatkan kepada kita sehingga kita menunjukkan belas kasih kita kepada pengemis.

Di dalam cerpen Di Jalan Jabar Al Kaabah ini menceritakan tentang masyarakat yang hidup dengan pemikiran segala takdir ada di tangan Allah termasuk rezeki yang mereka dapat. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang takdir dan rezeki ada di tangan Allah SWT namun apakah meminta-minta adalah jalan yang tepat untuk mendapatkan rezeki dari Allah? Setelah saya membaca cerpen tersebut saya memahami bahwa pemikiran masyarakat terkait hal tersebut itu kurang tepat. Para pengemis berpikir bahwa meminta minta adalah sesuatu yang halal karena termasuk dalam ibadah dengan mengaplikasikan “rezeki di tangan Allah”. Cerpen tersebut memiliki tokoh utama bernama tuan Amali. Tuan Amali ini berusaha memperbaiki pemikiran para pengemis dan pemberi. Seperti halnya pada saat diberikan permasalahan yakni pengemis yang ternyata berpura-pura cacat, Tuan Amali berusaha mengungkapkan hal tersebut kepada public namun upayanya gagal sebab ada pihak yang membela dengan mengatakan bahwa mengemis atau meminta-minta adalah hal para pengemis.

Penulis memberikan dua pandangan berbeda terhadap pengemis, yang pertama adalah Tuan Amali sebagai orang yang tidak dapat membenarkan cara menipu saat mengemis, yang kedua adalah seorang pria yang membela hak para pengemis. Sebenarnya jika diperhatikan ujaran mereka sama-sama ada benarnya. Namun menurut saya ujaran yang benar adalah menurut pandangan Tuan Amali. Karena apapun alasan mereka, meminta-minta tidak bisa dibenarkan sebagai ibadah mencari rezeki Allah. Apalagi dengan cara berpura-pura cacat padahal masih memiliki tubuh yang sehat dan lengkap. Hal ini menggambarkan bahwa mereka tidak bersyukur dan tidak mau berjuang keras untuk meraih rezeki Allah yang sesungguhnya.

Cerpen tersebut memberikan tamparan keras terhadap pembaca bahwasannya kita dapat melakukan berbagai kerja keras yang halal untuk meraih rezeki Allah tidak dengan menipu atau memanfaatkan belas kasih manusia. Dalam kehidupan masih banyak orang-orang yang malas bekerja walaupun sebenarnya memiliki kondisi fisik yang masih sehat sehingga mereka memilih jalan dengan memanfaatkan belas kasih masyarakat yakni dengan menjadi pengemis. Penulis juga memberikan pesan kepada kita untuk selalu ikhlas dalam memberikan sesuatu terhadap seseorang.

Menurut saya, cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar ini memiliki daya Tarik yang menjunjug tinggi nilai agama yakni memahami betul makna dari “rezeki di tangan Allah”. Pembaca juga sejak awal diajak berpikir sesuai dengan realitas yang ada mengenai rezeki dari Tuhan. Kekurangan dalam cerpen ini, menurut saya kurang tepat pada penulisan kata “dengan” di awal kalimat selebihnya menjadi kelebihan darei cerpen ini yang berhasil membawa pembaca ikut serta merasakan suasana di Tanah Suci. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar dapat diakses melalui: Cerpen Mingguan.... (adhidreamtoparis.blogspot.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dialetika Dalam Lima Cerpen Karya Shoim Anwar Sebagai Kritik Pemerintah di Masa Kini

       Mungkin akhir-akhir ini kita sering melihat berita-berita yang menyiarkan kabar mengenai kritik tajam terhadap pemerintah. Salah satu...